Perusahaan energi raksasa asal Amerika Serikat, Chevron mengumumkan rencana untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 15-20% karyawannya di seluruh dunia hingga akhir 2026. Langkah PHK karyawan Chevron atau pemangkasan yang akan dilakukan secara bertahap diperkirakan akan berdampak pada sekitar 8.000 orang, mengingat Chevron tercatat mempekerjakan 40.212 orang pada akhir 2023.
Keputusan PHK karyawan Chevron diambil Chevron untuk menyederhanakan struktur organisasinya serta mengurangi beban biaya operasional.
Dalam pernyataannya, perusahaan itu menyebutkan bahwa mereka menargetkan pemotongan biaya sebesar US$3 miliar atau sekitar Rp48,8 triliun hingga tahun 2026. Chevron berharap Langkah tersebut dapat meningkatkan efisiensi dan memperkuat daya saing perusahaan dalam jangka panjang.
Wakil Ketua Chevron, Mark Nelson menyampaikan bahwa perusahaan tidak menganggap enteng keputusan tersebut dan berkomitmen untuk mendukung karyawan yang terdampak selama masa transisi.
“Kami akan melakukan langkah-langkah untuk menyederhanakan organisasi, menjalankan tugas dengan lebih cepat dan efektif, serta memposisikan perusahaan untuk daya saing yang lebih kuat,” ujar Nelson.
Selain pemangkasan karyawan, Chevron juga akan melakukan restrukturisasi organisasi dengan pengumuman struktur kepemimpinan baru dalam dua minggu ke depan. Langkah ini diambil di tengah tantangan yang dihadapi Chevron, termasuk pembengkakan biaya produksi dan penundaan proyek ladang minyak besar di Kazakhstan.
Tak hanya itu, Chevron juga tengah terlibat dalam sengketa hukum dengan pesaingnya, ExxonMobil, terkait akuisisi produsen minyak Hess, yang menjadi bagian dari strategi Chevron untuk meningkatkan produksi minyaknya.
Dengan rencana PHK karyawan Chevron, pihak perusahaan berusaha untuk tetap kompetitif dan efisien dalam menghadapi tantangan industri energi global yang semakin ketat.
Demikian informasi seputar PHK karyawan Chevron. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Nutshell-Movies.Com.