Selama tiga tahun terakhir, sejumlah raksasa properti China mengalami kehancuran akibat badai properti yang melanda. Badai ini dimulai ketika pemerintah Beijing memutuskan untuk mengendalikan gelembung properti dengan mengeluarkan kebijakan “tiga garis merah” pada tahun 2020. Kebijakan ini membatasi utang perusahaan properti, mengatur utang bersih, dan menetapkan cadangan uang minimum.
Lebih dari 50 pengembang properti China, termasuk beberapa raksasa properti, telah gagal membayar utang dalam tiga tahun terakhir. Berikut adalah lima di antaranya:
- Evergrande: Perusahaan ini terkenal karena kegagalan besar dalam membayar utang pada tahun 2021. Evergrande, yang berbasis di Shenzhen, memiliki total utang sekitar 300 miliar dolar AS pada tahun 2021. Pada Agustus 2022, perusahaan ini akhirnya mengajukan perlindungan kebangkrutan di AS.
- Fantasia Holding: Fantasia Holding juga mengalami kegagalan dalam membayar utang pada tahun 2021, mencapai 205,7 juta dolar AS. Fitch Ratings menurunkan peringkat Fantasia menjadi “CCC-” sebagai akibat dari gagal bayar ini.
- Modern Land: Pada Oktober 2021, Modern Land gagal membayar kupon bunga obligasi senilai 250 juta dolar AS yang jatuh tempo. Saham perusahaan properti China ini pun merosot.
- Shimao Group: Pada 2022, Shimao Group gagal membayar bunga dan pokok obligasi senilai 1 miliar dolar AS yang jatuh tempo pada Juli. Ini adalah pembayaran utang pertama yang terlewatkan pada obligasi dolar oleh Shimao.
- Country Garden: Pada tahun ini, Country Garden mengumumkan kemungkinan gagal bayar setelah mencatat kerugian sebesar 7 miliar dolar AS selama semester pertama tahun 2023. Perusahaan ini melewatkan pembayaran bunga utang kepada pemegang beberapa obligasi di awal bulan ini, namun berhasil melunasinya pada akhir Agustus.
Meskipun berhasil menghindari gagal bayar pada beberapa obligasi, Country Garden masih memiliki kewajiban membayar sejumlah surat utang yang akan jatuh tempo akhir tahun ini. Total kewajiban ini mencapai 10,8 miliar dolar AS. Badai properti telah menghantam industri properti China dengan keras, mengakibatkan sejumlah pengembang properti bergulat dengan utang yang membengkak dan tekanan keuangan yang meningkat.